Arrow

Also in Category...

Pengembangan LKS

Posted by Matthew ~ on Thursday, September 13, 2012 ~ 0 comments

Pembelajaran sangat membutuhkan bahan ajar agar proses pembelajaran tersebut menjadi terarah dan tepat sasaran. Bahan ajar merupakan segala bahan (baik informasi, alat, maupun teks) yang disusun secara sistematis, yang menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai peserta didik dan digunakan pada proses pembelajaran dengan tujuan perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran (Prastowo, 2011: 17). Contoh dari bahan ajar ialah buku pelajaran, modul, handout, Lembar Kerja Siswa (LKS), model atau maket, bahan ajar audio, bahan ajar interaktif, dan sebagainya.

Ada beberapa pandangan yang bisa dijadikan rujukan untuk memahami apa yang dimaksud dengan LKS. Sebagaimana yang diungkap dalam Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar (Prastowo, 2011: 203), Lembar Kerja Siswa (student work sheet) adalah lembaran yang berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembaran kerja ini biasanya berisikan perosedur penyelesaian suatu tugas. Perhatian utama pada LKS adalah bahwa tugas-tugas  yang dimuat harus disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai.

Sementara, menurut pandangan lain  (dalam Pratowo 2011: 204), LKS bukanlah singkatan dari Lembar Kerja Siswa melainkan Lembar Kegiatan Siswa. LKS yang dimaksud dalam konteks ini ialah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga peserta didik diharapkan mampu mempelajari materi tersebut secara mandiri. Pada LKS ini disediakan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi yang dimaksud, yang lengkap dengan arahan yang tersruktur  dalam memahami materi tersebut (Prastowo, 2011: 204).

Uraian di atas menggiring kita pada suatu pemahaman bahwa  yang dimaksud dengan LKS ialah suatu bahan ajar cetak berupa lembaran kertas yang berisi materi, ringkasan, dan prosedural pelaksanaan tugas pembelajaran yang harus dikerjakan para peserta didik, yang mengacu pada kompetensi dasar yang harus dicapai.

Penyelesaian tugas-tugas pada LKS membutuhkan buku-buku atau referensi terkait materi tugas pada LKS tersebut. Hal ini ditujukan agar hasil pekerjaannya dapat diterima secara valid. Tugas-tugas yang diberikan pada peserta didik bisa berbentuk tugas teoritis dan/atau tugas-tugas praktis. Tugas teoritis contohnya berupa tugas membaca sebuah artikel tertentu yang dilanjud dengan pembuatan resume dan presentasi. Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboran atau kerja lapangan, contohnya adalah pengkontruksian geometri dengan menggunakan peralatan tulis seperti pensil, jangka, penggaris, dan sebagainya.

LKS yang kerap digunakan dalam pembelajaran ialah LKS yang tinggal pakai, yang dijual penerbit buku tertentu, instan, serta tanpa upaya merencanakan, menyiapkan, dan menyusunnya sendiri (Prastowo, 2011: 204) . Dengan demikian resikonya sangat dimungkinkan jika LKS ini tidak kontekstual, tidak menarik, monoton, tidak sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dan tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan alasan ini, maka perlu ada pengembangan LKS yang ditujukan untuk meminimalisir terjadinya resiko-resiko tersebut, sehingga menjadi LKS yang valid dan efektif.

Sebelum tiba pada tahap pengembangan LKS, beberapa hal yang terlebih dahulu harus diperhatikan antara laian: 1) peran LKS pada kerja pembelajaran, 2) unsur-unsur LKS sebagai bahan ajar, 3) macam-macam bentuk LKS, 4) langkah-langkah aplikatif membuat LKS, kemudian barulah kita tiba pada tahap mengembangkan LKS agar “kaya manfaat” (Prastowo, 2011: 205-225).


Related Posts

No comments:

Leave a Reply

Followers